Lakukan Safari Ranting, MWC NU Pragaan Perkuat Ciri Islam Aswaja Ala NU

oleh -12 Dilihat
Safari Ranting MWC NU Pragaan di Ranting Pragaan Daya 1 (Dok.KIM-KMAP)

Pragaan Daya – Guna membangun silaturrahim dan penguatan ranting NU Se Kecamatan Pragaan, MWC NU mengadakan Safari Ranting yang kali ini berkunjung ke ranting NU Pragaan Daya 1.

Dihadapan puluhan peserta yang hadir, Wakil Ketua MWC NU Pragaan Drs. Zumaryadi Raina mengatakan bahwa inti pembinaan ranting itu adalah untuk tujuan menghidupkan ranting. Ciri ranting yang hidup menurutnya ada pengurus ada perkumpulan rutin.

“Kenapa NU harus kuat, untuk 2 hal yaitu untuk menjaga agama dan negara”, ujarnya saat diberi kesempatan memberikan sambutan pembinaan ranting hari Kamis malam (25/06/2020) di Masjidnya K. Zubaidi.

Dalam kesempatan itu pula dirapatkan pergantian antar Waktu Sekretaris Ranting NU Pragaan Daya 1 pengganti K. Romli Syuja’i yang telah lebih dahulu pulang ke haribaan Allah SWT.

Sementara itu Mustasyar MWC NU Pragaan KH. Zainurrahman Hammam yang sekaligus sebagai pembicara Perkumpulan rutin dan Selamatan Anak, beliau bersyukur bahwa perkumpulan ranting Pragaan Daya 1 terus berjalan istiqamah setiap malam Jumat pon setiap bulan. Beliau berharap kedepan perkumpulan ini juga diisi pembacaan Kitab Sullam Safina sebagai ciri khas kitab NU.

“Mentradisikan baca kitab turats itu bagian upaya merawat NU dan menyiapkan warisan yang baik untuk anak cucu kita, agar generasi kita tidak kaget dengan tradisi Islam Aswaja”, ungkapnya memulai pengarahan.

Tanggung jawab merawat NU ini, sambungnya tak hanya menjadi kewajiban pengurus NU struktur, tapi juga warga NU secara umum.

Inovasi Kecamatan Pragaan

“Fungsinya ada pengurus struktural NU hanya untuk menertibkan administrasi ideologi keNUan, agar yang haq tidak tertindih yang batil”, tambahnya mantap.

Kenapa Islam Aswaja NU perlu diperjelas labelnya karena tantangan zaman semakin banyak aliran lain dengan propagandanya masing-masing berusaha menindih faham Aswaja, sehingga ciri Aswaja perlu diperjelas.

Dulu di zaman Rosulullah label Islam itu hanya Islam itu saja, Islam hanya berhadapan dengan kafir, dan musyrik.
Belakangan dinamika perkembangan zaman, pergulatan pemikiran aliran Islam makin santer, sehingga kesejatian Islam Aswaja perlu ditampakkan dengan hujjah sebagai pembeda dengan aliran lain.

“Islam Aswaja yang diusung NU terpaksa dikuak ke permukaan untuk mempertegas perbedaannya aliran dengan yang lain”, tutur beliau menjelaskan.

Menurut beliau, perbedaan dalam Aswaja sunni hanya hal furu’iyah saja. Yang pokok tak ada perbedaan. Aliran lain justru yang berbeda di ususiyah dalam I’tikad keyakinan, sesuatu yang amat mendasar dalam keyakinan sebagai hamba pada tuhannya.

“I’tikad wahabi misalnya makna ‘Istawa (berdiam) Allah ada diatas. Adapun Faham Aswaja Sunni berkeyakinan bahwa Allah tak butuh tempat dan waktu. ‘Atas’ itu bagian dari tempat, sedangkan Allah berbeda dengan makhluq”, susul beliau memberi contoh perbedaan cara pandang Sunni NU dengan Wahabi yang secara i’tikad kontroversial.

Menurut beliau juga bahwa warga sunni NU tak pernah mengeluarkan dalil kecuali jika amalannya disalahkan. Orang NU dari dulu hanya menyebut sesuatu yang dilarang dengan sebutan ‘tak baik’, tapi belakangan kata ‘tak baik’ itu dianggap tak jelas hukumnya apakah makruh, haram dll, sehingga menangkis itu semua keluarlah banyak dalil naqli atau aqli untuk menangkis tuduhan bid’ah dari faham lain.

“Dalil bagi NU itu hanya untuk menangkis tuduhan sesat bida’ah yang kerapkali dialamatkan ke NU”, kata beliau disambut antusias peserta yang hadir.

Beliau semakin dalam menyampaikan bahwa salah satu ciri ajaran sesat adalah kontradiktif satu sama lain dalam ajaran pokoknya sendiri.

“Di sunni NU tak ada kontradiktif dalam hal i’tikad, karena sunni NU hanya berbeda pada masalah Furuiyah cabang saja”, tambahnya lagi.

Karena makin banyaknya tantangan yang makin menyasar masalah ususiyah, maka tugas merawat NU menurut beliau makin berat.

“Penguatan ideologi aswaja ini perlu dirawat, semua demi anak cucu kita agar tradisi sunni tetap menjadi jiwa dan hatinya anak-anak NU. Tugas ini berat”, pungkas beliau.

Pembacaan shalawat nabi dipimpin K. Musaha, adapun pembacaan doa akhir acara dipimpin oleh Rais Syuriyah MWC NU Pragaan KH. Zarkasyi Rakhim. (Zbr/Badrul/KIM-KMAP).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.