KIMKARYAMAKMUR.COM, Kaduara Timur – Sumber Mata Air Sumber Belerang Misgilomi yang berada di desa Kaduara Timur sejalan dengan derap waktu semakin terlihat indah dan memukau warga pengunjungnya. Membaca pemandian yang berada di bawah tebing ini tak lepas dari sejarah historik kelahirannya. Pak Dhafir salah seorang tokoh yang merawat sumber ini menuturkan bahwa Sumber Mata Airnya pertama kali memancar pada hari Kamis Legi, tanggal 3 (tiga) bulan Mei Tahun 1962.
“Sebab lahir pada tanggal itulah maka sumber ini kemudian dipopulerkan dengan sebutan “Misgilomi”, atau Kamis Legi, tanggal tigo bulan Mei 1962,” ungkapnya pada KIM Karya Makmur, Senin (29/05/2023).
Cerita itu katanya disampaikan oleh sesepuh desa Kaduara Timur yaitu KH. Hasyimi sesepuh desa Kaduara Timur yang kini telah tiada. Tak hanya itu, tempat yang kini selalu dikunjungi wisatawan domistik ini dahulu kala pernah menjadi tempat pertapaan seorang ulama terkenal KH. Imran Syahruddin Pondok Pesantren Nurul Huda Pakamban Laok.
Sejak meletus mata air, dalam perjalanannya taman pemandian ini sejak dahulu terlihat tak terawat, pernah dibangun dua petak taman pemandian oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep. Airnya meluap sehingga ditambah pembangunan satu petak lagi oleh warga.
Meski sudah dibangun kolam, taman ini juga belum terawat seperti saat ini, bahkan sumber mata air belerang ini pernah mengering, airnya tinggal sedikit, meski banyak orang dari berbagai daerah datang ke tempat pemandian ini untuk berobat.
Beliau juga menceritakan bahwa salah satu mitos healing penyembuhan di sumber pemandian ini adalah sehabis mandi membuang celana dalam ke bambu yang ada di sekitarnya, sehingga tak heran kerapkali kita jumpai banyak celana dalam bergelantungan di pohon bambu sekitar sumber pemandian.
“Bahkan bukan hanya buang celana dalam, ada banyak yang membuang atau menyedekahkan uang untuk kepercayaan tolak penyakit,” lanjutnya.
Sebagai tokoh yang ikut memikirkan keadaan desa, Bapak Dhafir yang juga bapak mertua Kades Prayitno mengatakan, sekitar 60 tahun sumber mata air ini tak terawat, sampai beberapa kali datang petunjuk lewat mimpi beliau bahwa di tempat ini ada pemandangan yang sangat indahnya, di saat yang lain datang mimpi lagi gapura batas desa pindah, datang lagi beliau melihat lapangan yang sangat luas, juga datang mimpi sulit baginya menaiki tangga kecil untuk turun naik ke lokasi sumber.
“Karena itu, maka tempat masuk kemudian lewat jalan lain dari arah timur yang lebih lebar dengan tempat parkir yang representatif,” ungkapnya.
Beliau mengaku tak mampu menerka mimpi mimpinya selama ini, sampai ada perubahan mendasar pada tata ruang di lokasi pemandian, seperti yang pernah ia mimpikan. Mimpi lapangan yang luas difahami sebagai lapangan pekerjaan bagi warganya untuk meningkatkan kesejahteraan. Mimpi pindahnya Gapura diartikannya sebagai pindahnya daya tarik ikon wisata daerah ke Desa Kaduara Timur.
“Baru saya sadar mimpi itu seolah nyata, setelah tata ruang pemandangan wisata di lokasi ini semakin tertata, seperti yang ada di mimpi saya.” Ungkapnya.
Terakhir, sambungnya, saya bermimpi terbang dikejar buraq, sampai kemudian saya berlabuh di kolam pemandian ini.
Yakin dengan mimpi itu, beliau sampaikan kepada Kepala Desa Prayitno agar berkomitmen untuk merawat sumber pemandian ini sebagai tempat healing penyembuhan masyarakat dan peningkatan ekonomi.
“Sampai saya pada satu kesimpulan bahwa merawat kearifan alam ini perintah agama yang harus diwujudkan nyata, agar memiliki dampak pada kesejahteraan warga sekitar.” Ungkapnya. (Zbr/Hb).