Dari Desa Menuju Desa Wisata

oleh -13 Dilihat
KIMKARYAMAKMUR.COM, Pragaan – Tahun 1980-an lalu, TVRI memiliki programa/ tayangan Dari Desa ke Desa. Isinya adalah representasi lokalitas desa dengan segala kompleksitas pedesaan yang khas dan unik. 
Saya ingat betul karena tahun 1987 saat saya masih kelas 4 MI, almarhum Bapak saya H.Mawardi menjadi salah satu sumber berita di TVRI di acara Dari Desa ke Desa ini. Reporter TVRI datang ke rumah, mewawancarai Bapak, meliput kegiatan para tukang ukir, pengrajin lemari, kursi, meja dan dipan dari kayu yang bekerja di rumah saya.
Almarhum Bapak saat itu termasuk pengusaha mebel sukses yang hampir setiap hari memasok hasil kerajinan kayu untuk dipasarkan di kota kabupaten. 
Desa Ukir Karduluk, tanah kelahiran saya memang identik dengan karya seni ukir kayu hingga saat ini.
Dan saya teringat dengan kekhasan ini saat siang tadi memonitoring keberadaan Wisata Desa Aeng Banger (Wisata Belerang) di desa Kaduara Timur Kec. Pragaan, bersama Tim Monev dari DPMD kabupaten Sumenep.
Desa di ujung barat Pragaan yang menjadi pintu masuk menuju kabupaten Sumenep ini memiliki tempat wisata menarik.
Wisata Belerang ini bukan sekadar tempat pemandian biasa. Ada khasiat tersendiri jika Anda mandi tepat di area yang terakses aliran air dari sumber mata air belerangnya. Penyakit gatal-gatal, keluhan kulit lain bahkan konon seseorang yang terkena kotheka bisa sembuh jika mandi di sini.
Dan mitosnya, pakaian/ kain yang Anda pakai mandi di sumber belerang ini harus Anda tinggal di lokasi. Tentu bukan di perairannya, melainkan di sisi lain yang tidak merusak citra kebersihan area wisata ini.
Di sisi lain taman pemandian, tersedia kolam renang untuk anak-anak. Kolam renang yang tingkat kedalamannya aman untuk anak ini memang dimaksudkan sebagai destinasi wisata anak. 
Pada hari Sabtu dan Ahad atau akhir pekan, seringkali keluarga atau sekolah, membawa rombongan anak-anak ke tempat ini untuk berenang dan bermain. Sementara anak-anak berenang, orang tuanya bisa mengamati pemandangan, berswafoto (selfie) dan bersantai.
Beberapa gazebo di sekeliling area pemandian dapat dipergunakan bersantai mengamati pemandangan alamiah sekitar. 
Tersedia warung kecil untuk sekadar memesan kopi dan teh hangat, pop mie yang mungkin jadi penangkal perut kosong usai berenang, dan camilan sederhana lainnya. Pengunjung juga bisa melakukan piknik di tempat ini. Atau bahkan rapat kecil sambil refreshing.
Wisata desa ini dikelola oleh Bumdes Gema Bangsa desa Kaduara Timur. Dengan tiket masuk yang sungguh murah tak sampai 10 ribu, destinasi di pinggir jalan raya utama Pamekasan-Sumenep ini mudah sekali dikunjungi dari arah mana saja oleh siapa saja.
Terdapat area parkir sepeda dan mobil yang cukup memadai pula. Pengunjung dapat memasuki area wisata ini dengan berkendara hingga di titik parkir, tidak perlu memarkir sepeda motor di bahu jalan yang sempit di luar area wisata.
Ke depannya, tentu saja wisata desa yang dikelola Bumdes Gema Bangsa ini akan semakin prospektif dan representatif.
Desa yang baik adalah desa yang mampu mengenali potensi lokalitasnya. Dan menjadikan hal tersebut sebagai keunggulan dan bahkan sumber penghasilan asli desa.
Di sisi lain, desa yang mampu mewujudkan desa wisata akan mampu membuka lapangan kerja baru bagi warganya. Jika ditunjang dengan progres di bidang kuliner khas desa, kerajinan tangan, dan kearifan lokal lainnya, maka bukan tidak mungkin sebuah desa akan maju secara perlahan tapi pasti.
Apa yang dilakukan pemerintah desa hari ini akan dirasakan manfaatnya di kemudian hari oleh generasi berikutnya. Seperti jika kita menanam sebuah pohon. Buahnya tak akan mungkin kita petik hari ini, tetapi nanti suatu hari.
Asal desa mau memulai untuk memprospeksi dirinya dengan mengenali potensi dalam dirinya, pastilah hal itu tak akan sulit dilakukan.
Wisata desa, sebuah energi baru yang dihembuskan sebagai semangat baru bagi pegiat desa. Adanya wisata desa akan membuat warga tidak begitu hirau dengan pesona kota. Rekreasi cukup di lokasi wisata desa. Murah, dekat, dan tetap bermakna.
Sumenep sebagai kabupaten dengan kekayaan pulau-pulau kecil, peninggalan bersejarah seperti keraton, dikenal sebagai kota pesantren dan ulama, belasan titik wisata pantai dan perbukitan hingga goa, akan benar-benar menunjukkan pamornya sebagai The Soul of Madura, jika segala potensi lokal ini dikelola dengan baik. Belum lagi kekhasan kuliner tiap desa sangatlah kompleks. Pun kerajinan tangan, kesenian dan religiusitasnya.
Tentu itu harus dimulai dari desa ke desa oleh manusia desa yang mencintai desanya sebagai muasal kehidupannya.
Dan, jangan lupa membangun desa berarti juga membangun manusia desa. 
Yuk, berdayakan desamu.
Penulis : Juwairiyah, Aktivis dan Tokoh Perempuan Asal Karduluk Pragaan

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.