KIMKARYAMAKMUR.COM, Pragaan – Pada acara Halal Bihalal Himpaudi (Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia) Kebupaten Sumenep di pendopo Kecamatan Pragaan, Selasa (24/05/2022), Doktor Durhan selaku penceramah mengajarkan periodisasi cara merawat anak yang bisa menjadi pegangan orang tua.
Menurut doktor yang juga alumni Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Selatan ini, bahwa guru kalau berinteraksi dengan murid harus menggunakan metode yang baik. Karena metode lebih penting daripada materi.
“Jangan menggunakan metode yang tidak bisa difahami anak anak,” jelasnya.
Katanya, kalau ingin tujuan pembelajaran berhasil dengan baik maka guru harus memilih metode yang baik. Metode yang digunakan bukan hanya ceramah saja tapi juga metode yang lain seperti tanya jawab, demontrasi dan lain lain yang disesuaikan dengan usia anak.
“Tidak ada anak yang tidak bisa diajak tapi banyak guru yang tidak bisa mengajak,” sambungnya.
Karena itu maka guru sebagai pengajar harus profesional, tidak boleh mudah marah. Mengajar di Paud, katanya sangat mengasyikkan bahkan bisa membuat guru awet muda.
“Banyak kelucuan anak anak Paud di depan guru yang menjadikan guru tak jadi marah, bahkan berubah tertawa. Dan inilah keindahan menjadi guru Paud,” ujarnya.
Sayyidina Ali sang madinatul Ilmi mengatakan bahwa periodisasi merawat anak sebagai berikut. Pertama merawat anak seperti ratu, kalau anak umur 0-7 tahun. Anak dilayani seperti ratu kecuali jika melakukan hal hal yang berbahaya bagi anak maka ditegur.
“Umur itu, anak diperlakukan seperti raja. Masang dan melepas baju harus dilayani,” jelasnya.
Anak, katanya, akan meniru apa yang dilakukan orang tua. Kalau orang tuanya suka pegang HP, maka anak juga akan menirunya. Begitupun juga sebaliknya kalau anak suka shalat, puasa, pegang tasbih, sajadah maka anakpun juga akan menirunya.
Kedua, rawat anak seperti tawanan, tegas dan disiplin kalau sudah umur 8-15 tahun. Maka kalau anak sudah berada di usia itu, tidak shalat, maka anak boleh diberi tindakan tegas yaitu dipukul. Dipukul di daerah yang tidak berbahaya seperti betis.
Adapun kalau anak sudah umur 16-25 tahun, maka anak diperlakukan seperti seorang sahabat. Di usia itu anak sudah memasuki masa puber pertama. Maka perlu memperlakukan anak seperti sahabat agar anak mudah curhat dengan orang tua.
“Kalau tidak akrab dengan anak, maka mau tunangan saja anak gak mau bicara karena jauh dengan orang tua,” tegasnya.
Sementara anak berada pada usia yang stabil kalau sudah berumur 40 tahun. Pada usia itu anak sudah menemukan jati dirinya sebagai manusia.
“Kalau umur 40 tahun masih punya kebiasaan maksiat, maka dimungkinkan akan terbawa ke akhir hidupnya.” Jelasnya.
(Zbr/Hb).