KIMKARYAMAKMUR.COM, Pragaan – Hari kedua kemarin Rabu pagi (09/03/2022) Ibu-ibu PKK Pragaan berkunjung ke UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) berkunjung ke salah satu produksi tas dengan bahan rotan yaitu di Anggun Rotan Jalan Imogiri Tim Nomor 14 Manggung Imogiri Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Pragaan Gita Sri Wahyuni bersyukur cuaca cerah sehingga kunjungan ke UMKM Anggun rotan berlangsung baik dan ceria. Yang terpenting lagi keadaan sehat dan selamat.
Di UMKM Anggun Rotan kita diterima pak Punot sang pemilik UMKM.
“Terima kasih kami telah diberikan ruang untuk belajar. Kami ingin mendapatkan pengetahuan lebih dari sesuatu yang mulanya tidak bernilai menjadi bernilai. Kami ingin belajar banyak disini,” kata penyiar RRI ini.
Beliau lanjutkan, kami ingin belajar bagaimana pengolahannya, pemasarannya dan jejaringnya.
“Kalau kecamatan kami nantinya bisa memproduksi sendiri, kami ingin melakukan kerjasama dengan Pak Punot dan kelompok industri di Jogya,” pintanya.
Beliau juga berharap pada ibu-ibu, sepulang dari tempat ini bisa membawa pulang buah tangan sebagai contoh untuk produksi kelompok usaha di desa.
Pak Punot menceritakan awal mula didirikannya usaha ini. Anggun rotan, ceritanya didirikan tahun 2001. Beliau sudah lama menggeluti pekerjaan ini, sudah berproduksi sekitar 21 tahun.
Bila mendengar kata rotan imegnya kita ke mebel, ingatnya ke keranjang, meja kursi, tapi di tangan Anggun Rotan, tas pun bisa dibuat dari rotan. Beliau punya pengalaman bekerja di furniture rotan sejak tahun 1990.
“Karena saya ingin merintis pasar baru, pasar yang belum dijamah orang. Orang lain bergerak di furniture semua,” ujarnya.
Pasar yang dijangkau dalam negeri dalam usahanya 50 persen, selebihnya luar negeri. Setelah pandemi, pasar ke luar negeri turun hanya 20 persen. Karena pandemi hanya 15 orang yang bekerja.
“Kita bisa bertahanpun hari ini alhamdulillah. Teman saya banyak juga yang beralih profesi dari kerajinan ke kuliner makanan,” ceritanya.
Pemanfaatan rotan sebagai produksi tas menurutnya tidak lepas dari sifatnya yang anatomis, strukturalis, fisik, mekanis dan awet sehingga bisa juga dijadikan tas yang mengagumkan. Kita lihat hari ini Inovasi rotan untuk berbagai design tas makin diminati masyarakat.
Bahan yang digunakan adalah rotan asli, kulitnya juga asli, karena banyak negara tidak mau yang imitasi. Designnya minimalis dan berkesan modern. Produksi tas buatan pak Punot menjadi primadona baik di dalam dan luar negeri sehingga tak sepi permintaan pasar.
Pak Punot menceritakan pembuatan tas tak langsung jadi, butuh satu atau dua hari waktu yang dibutuhkan kalau ada panas, dimulai dari penyediaan bahan berbahan rotan asli, lalu dianyam saat basah agar lemes, dijemur, hasil anyaman yang masih kasar dihaluskan dengan proses pemanasan, setelah itu dikasih pewarnaan.
“Setelah itu baru masuk ke proses kerjaan daleman dan aksesoris yang banyak dikerjakan ibu-ibu,” jelasnya.
Peserta dari Tim Penggerak PKK Desa dan Kecamatan lalu diajak melihat langsung proses demi proses dan berdialog langsung dengan para pekerja.
Penganyam dikelompokkan sesama penganyam, begitupun juga di bagian lain pekerja pemanasan dan pewarnaan berada dalam kelompok yang berbeda.
“Yang kerja penganyaman ya gak tahu pewarnaan, masing masing bekerja spesifik dan fokus,” jelasnya.
Dalam satu bulan bisa dihasilkan 1.000 atau 1.500 biji tas. Kebanyakan dibuat berdasarkan pesanan. Pesanan banyak datang salah satunya karena efek ikut pameran dan media sosial.
“Kami juga bergerak di medsos. Medsos hari ini menjadi kebutuhan.” Pungkasnya. (Zbr/Hb).