KIMKARYAMAKMUR.COM, Pragaan – K. Ach Rofiq selaku penyaji dalam kegiatan peringatan Isra’ Mi’raj dan Harlah NU ke 99, menyampaikan nilai-nilai Isra’ Mi’raj yang dapat dipetik oleh sahabat-sahabat Ansor.
Hal ini disampaikan diacara Peringatan Isra’ Mi’raj dan Harlah NU ke 99, yang diadakan oleh PAC (Pimpinan Anak Cabang) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Pragaan, bertempat di Aula Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Pragaan. Selasa malam (01/03/2022).
“Ada beberapa nilai yang dapat kita petik dari peristiwa Isra’ Mi’raj ini, yang pertama adalah. Upaya Penguatan Untuk Melestarikan Tradisi Nenek Moyang. Dalam hal ini Rasulullah berhasil mempertahankan situs situs bersejarah peninggalan nenek moyangnya, seperti yang kita lihat sekarang, ada Ka’bah peninggalan Nabi Adam sebagai bukti bahwa beliau pernah ada di bumi, dan dilanjutkan pembangunan meninggikan disusun dengan batu-batu oleh Nabi Ibrahim, bukti bahwa Nabi Ibrahim yang mendirikan ada bekas kakinya, diberi nama Maqam Ibrahim, Ismail yang ikut membantu, itu ada tandanya namanya Hijir Ismail, kalau hajar yang katanya kejar-kejaran mau mencari air untuk Ismail itu ada tugunya bukit Shafa dan Marwah, ada juga ketika Ismail mau disembelih melempar syaitan pada waktu itu, ada di Romyul Jamarah, dimina, tempat melempar Jamrah.”
“Itulah situs-situs yang sampai saat ini ada setelah Nabi Muhammad, andaikan tidak ada Nabi Muhammad, habis itu semua” Ucapnya.
Beliau mengutip apa yang disampaikan Gus Baha’ dalam peristiwa Isra’ Mi’raj ini Allah SWT ingin mengajarkan bagaimana Muhammad menghargai tradisi nenek moyangnya.
“Kalau Gus Baha itu menyatakan peristiwa ini sebenarnya bukan hanya menghibur Nabi Muhammad, tetapi juga Allah ingin mengajarkan bagaimana Muhammad menghargai tradisi nenek moyangnya.”Ucapanya.
“Makanya wajar, Ia Melanjutkan. Ada Ulama yang mengatakan. bahwa tidak akan maju peradaban suatu ummat, yang tidak berpegangan kepada tradisi nenek moyangnya.” ucapnya.
Kemudian Ia Melanjutkan nilai yang kedua dari peringatan Isra’ Mi’raj yang dapat kita petik adalah Penguatan Kompetensi Keilmuan.
“Selanjutnya, nilai yang kedua dari peringatan Isra’ Mi’raj ini adalah Penguatan Kompetensi Keilmuan. Dalam hal ini Nabi Muhammad diperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah, itu sebenarnya untuk penguatan kompetensi keilmuan. Karena Nabi itu Tidak cukup hanya sebatas tau terhadap jejak langkah nenek moyangnya, tetapi juga penguatan-penguatan keilmuan lain yang harus dimiliki oleh Nabi Muhammad. Makanya Ketika Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad diberitahukan tentang surga, neraka, bertemu dengan orang yang mencakar dirinya, bertemu dengan orang yang meratap dirinya, bertemu dengan orang yang membenturkan kepalanya pada batu, setelah hancur kembali lagi kepalanya, dan itu ditanyakan kepada Malaikat Jibril dan Beliau menjelaskan, Nah ini kan sebenarnya pengayaan khazanah intelektual.” ungkapnya.
Ia Kemudian melanjutkan nilai yang ketiga dari peringatan Isra’ Mi’raj adalah Penguatan Potensi Religius.
“Nilai yang ketiga yang dapat kita petik dari peringatan Isra’ Mi’raj adalah Penguatan Potensi Religius. Dalam ceritanya, sebelum Nabi Muhammad berangkat ke Masjidil Aqsha, beliau tertidur di Hijir Ismail, waktu itu didatangi oleh Malaikat Jibril, Mikail, kemudian juga Israfil, digotong kedekat sumur zam-zam. Kemudian dibedah oleh Malaikat Mikail, lalu diambil hatinya dan dibersihkan. Ketika Nabi Muhammad sudah bersih dilakukanlah perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian ke Sidratul Muntaha. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa seorang pemimpin itu disamping memiliki kecerdasan iintelektual yang mapan, juga harus memiliki kekuatan tauhid spritual dan sosial, tapi yang paling pertama adalah tauhid spritual. Tauhid spritual adalah suci dan sesuci-sucinya, ikhlas seikhlas nya, katakanlah seperti itu.” ungkapnya.
Sebelum mengakhiri kajiannya beliau berpesan kepada seluruh kader Ansor untuk betul-betul ikhlas dalam mengabdi di Nahdlatul Ulama.
“Ketuka kita berjuang atas nama Nahdlatul Ulama maka dituntut harus ikhlas, karena KH. Hasyim Asy’ari dan K. Kholil Bisri mendirikan Nahdlatul Ulama dengan Ikhlas. Maka jika perjuangan dijalani dengan ikhlas, buktinya itu banyak. Termasuk sampai hari ini Nahdlatul Ulama bukan semakin mengusut tetapi semakin membesar.” Pungkasnya. (Hfd/Hb).