Namanya Iis, Bidan Ayu Pejuang Vaksinasi

oleh -13 Dilihat

KIMKARYAMAKMUR.COM, Pakamban Laok – Bidan cantik menawan, dengan senyum manis menggelinding ini bukanlah bidadari yang jatuh dari langit, dia wanita biasa meski mempunyai aura kecantikan yang luar biasa. Kulitnya yang putih bersih, sikapnya yang ramah dan santun pada semua orang, membuat banyak mata terkesima dan tak berkedip memandangnya.

Ya, dia seorang bidan muda yang akrab dipanggil mbak Iis. Nama panjangnya adalah Nur Aisyah Amd, Keb. Dilahirkan di Sumenep pada tanggal 10 Nopember 1990. Masih sangat muda baru berumur 32 tahun. Anak kedua dari dua orang bersaudara, dilahirkan dari seorang ayah bernama H. Hasan Basri, dan ibu Hj. Nakidah, tinggal di desa Prenduan.

Bidan yang pernah bergabung di Badan Pengawas Pemilu Kecamatan ini memulai karir pendidikannya dari SDN (Sekolah Dasar Negeri) Pragaan Laok 1 lulus tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikannya ke MTs. (Madrasah Tsanawiyah) Al-Amien 1 Pragaan lulus tahun 2005. Pendidikan tingkat atas dia habiskan di MAN (Madrasah Aliyah Negeri) 1 Pamekasan lulus tahun 2008. Tak hanya sampai disitu saja, dia melanjutkan program strata Diploma tiga (D3) kebidanan di Akademi Kebidanan Aifa Husada (Akbid Aifa Husada) Pamekasan.

Usai sekolah dia bertaruh nasib bekerja di Puskesmas Pragaan sejak tahun 2011. Sampai sekarang gadis bermata sayu ini ditempatkan sebagai bidan sukwan (sukarelawan) di Ponkesdes Pakamban Laok Kecamatan Pragaan.

Selalu dilibatkan dalam kegiatan vaksinasi baginya merupakan kebanggan tersendiri. Hari-harinya banyak dihabiskan menjadi pejuang vaksinasi terutama belakangan melawan varian Omicron, vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun.

“Lewat vaksinasi, saya jadi berkesempatan bertemu banyak orang dengan segala ekspresinya, ada yang terlihat takut jarum suntik, ada yang senang riang gembira, dan memang ada yang benar-benar membutuhkan vaksinasi. Semua jadi pembelajaran buat gue,” jelasnya dengan senyum khasnya.

Kendatipun demikian terkadang hatinya sedih saat ada orang yang seharusnya mendapat vaksin tapi orang tersebut tidak mau atau menolak.

Inovasi Kecamatan Pragaan

“Saya juga sedih banyak orang yang masih meragukan isi kandungan vaksinasi, sesuatu yang sudah dinyatakan aman dan halal oleh MUI dan BPOM,” ujarnya makin menunjukkan kecerdasannya.

Ditanya soal dukungan teman dan keluarga sebagai bidan dan nakes vaksinasi, gadis yang hobi jualan online dan jalan-jalan ini bersyukur selama ini selalu mendapat dukungan penuh dari teman, sahabat dan keluarga.

“Dari dulu, keluarga selalu mendukung apa pun yang saya lakukan, selama itu positif,” katanya lagi.

Menyelami profesi kebidanan, bidan Iis memang dikenal bidan yang baik hati dan mempesona. Gayanya tidak berlebihan dan bersahaja. Wajah ayunya selalu menjadi magnet luar biasa bagi ibu-ibu terutama warga desa.

Kabarnya, para ibu kalau konsultasi kehamilan dan KB (Keluarga Berencana) ke bidan Iin pasti langsung betah. Mereka pun tak ragu mengeluarkan keluhan kesehatan, apalagi sifat sang bidan yang kalem dan mau mendengar setiap keluhan.

Bukan hanya karena kecantikannya, magnet yang menyedot perhatian publik sebab kecerdasannya terutama saat menjumpai tantangan di lapangan. Meski jarang bicara, tapi isi otak kepalanya tetap jalan untuk tugas berat sebagai bidan.

Dirinya selalu berusaha mendayagunakan pikirannya untuk pelayanan yang bermutu sesuai dengan standard pelayanan kebidanan, serta berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

“Jika ada kesulitan di lapangan, ya saya konsultasikan ke bidan senior, juga ke pihak pengambil kebijakan di Puskesmas, agar mutu jangkauan dan layanan kesehatan ibu dan anak makin mudah,” jelasnya. Senyum tipisnya terus mengembang sepanjang wawancara.

Katanya, bidan desa itu menarik lho. Bidan adalah orang pertama yang dilihat bayi yang baru lahir, yang pertama kali mendengar ledakan tangis bayi, yang menyaksikan suasana haru saat keluarga menyambut sang bayi lahir dengan tetesan air mata bahagia. Ia mengaku kerapkali harus menyemangati ibu saat mengejan.

“Memberikan semangat ibu melahirkan dengan sepenuh jiwa tidak mudah lho, berat, seberat perjuangan ibu saat mengejan mengeluarkan si buah hati,” tambahnya.

Menjadi seorang bidan di desa, lanjutnya kerapkali harus berdamai dengan medan yang nggak mudah, tak jarang harus selalu bertarung dengan gigitan panas atau guyuran hujan, dan mau melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan saat turun ke pelosok desa.

“Harus selalu semangat dong, semangat maju ke depan. Walau diakui kadang terasa berat, namun panggilan hati untuk menyelamatkan persalinan menjadi tujuan utama siapapun bidan desa,” tuturnya disela-sela kerja vaksinasi anak di SD Ad-Dzikir Prenduan Selasa (22/02/2022).

Menurutnya, seorang bidan harus punya keterampilan meredakan suasana tegang dengan semisal meminta anggota keluarga keluar dan menunggu sambil minum teh atau makan makanan ringan.

“Kadang keluarga yang menunggu persalinan cuma perlu makan dan menarik napas panjang. Suasana di kamar bersalin menegangkan sekali lho,” jelasnya seolah seorang psikolog ternama.

Tak muluk, saat ditanya manfaat apa yang diperoleh jadi bidan, sembari mengurai senyum dia jawab salah satunya dapat membangun jiwa sosial dalam diri.

“Menghadapi benturan dinamika menyehatkan ibu dan anak tiap hari asyik juga. Itu mendidik jiwa saya makin lembut dalam memahami kesulitan para ibu di pedesaan” jelasnya.

Selian itu, menjadi bidan berarti mendidik disiplin. Kita selalu dididik keadaan untuk selalu awas, teliti serta teratur bekerja dan membagi waktu.

“Pokoknya asyik gimana gitu, kadang asyik, kadang terasa melelahkan. Tapi disitulah kita belajar menjadi sosok yang lebih dewasa dan disiplin”. Pungkasnya dengan dentuman senyum yang menggetarkan. (Zbr/Hb).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.