Dokter Susilo Jelaskan Efek Vaksinasi di Prenduan ( Dok.KIM-KMAP) |
KIMKARYAMAKMUR.COM, Prenduan – Banyak hoax yang berkembang berkaitan efek vaksinasi, mendorong dr. Susilo Puskesmas Prenduan memberikan sosialisasi seputar Vaksinasi di balai Prenduan pada hari Jumat (20/08/2021).
Sosialisasi ilmiah menghadirkan sekitar 20 orang kadus, staf kadus dan perangkat desa Prenduan dan simpatisan.
Dalam sosialisasinya Dokter Susilo menjelaskan bahwa virus tidak berkembang biak tapi mereplikasi atau membentuk virus baru dalam sel inang. Ketika virus benar-benar berkumpul dan mampu infeksi, itu dikenal kemudian sebagai virion.
“Saat tubuh disuntik vaksin, tubuh bereaksi, butuh jeda waktu 14 hari untuk berbentuk antibody, sehingga kekebalan tubuh tercipta”, ujar dr. Susilo dalam sosialisasinya.
Setelah itu, lanjutnya, maka perlu suntik vaksin dosis 2 guna meningkatkan respon kekebalan tubuh yang semakin baik.
Beliau katakan, upaya pemerintah memutus transmisi laju penularan virus menggunakan strategi 3T (testing, tracing, treatment).
Tracking, menemukan orang yang sudah terinfeksi virus corona dan mereka yang berhubungan dengannya. Setelah itu, testing dilakukan untuk mengetahui status orang yang sudah terdata dalam proses tracking apakah positif Covid-19 atau tidak, untuk kemudian mendapatkan treatment atau perlakuan, perawatan dan pengobatan.
Beliau juga sampaikan sisi historis vaksin. Bahwa penemu vaksin pertama di dunia adalah Edward Jenner. Penemu vaksin cacar pada sapi.
“Temuan Jenner telah menyelamatkan banyak nyawa di dunia. Maka Jenner dijuluki sebagai bapak imunologi”, ungkapnya.
Kemudian seorang ahli kimia dan mikrobiologi Prancis Louis Pasteur mengembangkan vaksinasi tersebut secara keseluruhan dan berkontribusi banyak pada fondasi imunologi, sehingga berkembang pada penemuan para ahli pada vaksin Covid-19 seperti sekarang ini.
Dengan gamblang dr. Susilo jelaskan bahwa setiap vaksin maupun imunisasi punya efek ringan, atau ada yang berefek Kipi (kejadian ikutan pasca imunisasi) seperti menangis rewel, gelisah, badan panas, itu artinya obat sedang bereaksi.
KIPI adalah setiap (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) atau vaksinasi. Kejadian itu belum tentu memiliki hubungan sebab akibat dengan vaksin.
“Kalau menangis habis disuntik sebab jatuh naik sepeda motor, itu bukan KIPI, sebab bukan habis diimunisasi atau divaksin”, selorohnya mencairkan suasana.
Tiap orang punya reaksi berbeda pasca divaksin. Bisa reaksi ringan dan berat. Reaksi ringan seperti nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan. Adapun reaksi ringan sistemik berupa demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia), nyeri sendi (atralgia), badan lemah, atau sakit kepala, tapi itu jarang.
“Antisipasinya minum yang banyak, gunakan pakaian yang nyaman, kompres dingin di bagian yang terasa nyeri, dan konsumsi paracetamol jika terjadi efek sistemik”, ujarnya.
Adapun reaksi berat vaksin seperti kejang, trombosit openia (penurunan hebat jumlah trombosit), Hypotonic Hyporesponsive Episode (kehilangan rasa sensorik akut atau penurunan kesadaran disertai dengan pucat dan kelemahan otot), serta menangis terus-menerus.
“Nah, KIPI jenis ini jarang terjadi, hanya memang perlu dipantau apabila penerima vaksin mengalami gejala tertentu setelah itu” ujarnya.
Setiap daerah punya Komda (komite Daerah) KIPI untuk memantau kejadian ikutan pasca imunisasi atau vaksinasi.
“Di Sumenep belum ditemukan KIPI yang serius pasca vaksinasi”, ujarnya.
Yang ada kasus yang berdiri sendiri bukan karena KIPI vaksinasi.
Penjelasan itu sangat penting untuk menjawab hoax yang beredar bahwa orang yang divaksin mengakibatkan meninggal dunia.
Masyarakat sangat puas dengan jawaban dari dr. Susilo atas kejadian ikutan pasca vaksinasi. Diharapkan dengan penjelasan ilmiah ini semakin banyak orang yang mau di vaksin. (Zbr/Bdr).