KIMKARYAMAKMUR.COM, Aeng Panas- Dalam tradisi masyarakat, utamanya Nahdhatul Ulama biasa mengenal tradisi Haul, dimana ketika ada orang yang sudah meninggal itu dilaksanakan haul, dan tujuan tradisi haul ini bagi orang biasa ada dua, dan bagi Bhuju’ atau Wali Allah ada tiga.
Hal ini disampaikan oleh Dr. KH. Abdul Basith Mansur. M. Th,I selaku penceramah pada acara Haul Bhuju’ Tamphe’ (Sayyid Abdurrahman bin Sayyid Husein) ke-VII yang bertempat di Dusun Ceccek Desa Prenduan, Jum’at (28/07/23) siang.
Beliau kemudian melanjutkan bahwa tujuan tradisi haul itu yang pertama adalah Dzikra Lana, kedua Busyro Lahum,
“Pertama, Dzikra Lana. Adalah mengingat kepada kita semua, sebagai anak harus ingat kepada orang tua kita, sebagai santri harus ingat kepada guru kita, dan sebagai rakyat atau masyarakat ingat kepada Bhuju’, hal itu semua agar kita tidak lupa pada sesepuh kita,” tuturnya.
Ia juga mengajak pada ribuan jamaah yang hadir pada acara tersebut untuk terus menyambung kepada Bhuju’ Tamphe’ ini.
“Oleh karena itu, jangan lupa untuk terus nyalase (berziarah) kepada sesepuh kita. Karena terus terang, siapa yang akan terus mengingat dan merawat Bhuju’ ini kalau bukan masyarakat Desa Aeng panas dan Prenduan,” sambungnya.
Kemudian Ia melanjutkan dari tujuan tradisi Haul yang kedua adalah Busyra Lahum.
“Yang kedua adalah Busyra lahum, dapat memberikan kegembiraan atau senang bagi ahli kubur. Karena setiap pahala, dari pahala surat al-fatihah, surat yasin, pahala shadaqah sampai pada ahli kubur dan ia senang,” lanjutnya
Sebelum memungkasi ceramahnya pada siang ini, Dosen Fakultas Ushuluddin INSTIKA Guluk-Guluk ini juga menjelaskan Busyro Lahum bagi orang sholeh.
“Busyro Lahum bagi orang sholeh atau Bhuju’ itu bi al-tabarruk semata-mata mengharap barokah dari Bhuju’,” pungkasnya. (Hfz/Zy)
