KIMKARYAMAKMUR.COM, Aeng Panas – Dalam kegiatan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Habib Abdurrahman atau Bhujuk Lanceng Somber Cabbih Aeng Panas, penceramah kondang KH. Syarifuddin Pamekasan mengajak hadirin ngaji rasa dalam setiap aktifitas kehidupan, termasuk dalam meresapi pembacaan shalawat nabi.
Membaca shalawat nabi tidak mengenal tempat, baik di rumah, mushalla, masjid maupun di pesarean Bhujuk pantas dibacakan shalawat.
“Jika tempat itu dibacakan shalawat, maka malaikat akan turun untuk mendoakan si pembaca. Malaikat beristighfar sehingga pembacanya diberikan kasih sayang Allah,” ujarnya penuh khusuk pada hari Kamis (28/10/2021).
“Tidak sama kualitas istighfarnya kita dengan malaikat. Sekali malaikat beristighfar seperti seribu kali kita beristighfar,” tambahnya.
Penceramah yang banyak bicara soal kekuatan hati ini meminta hadirin menampakkan rasa cinta kita pada baginda Nabi Muhammad SAW.
Maulid menurutnya sangat berhubungan dengan Haul. Pada soal Haul Habib Abdurrahman hadirin diminta rajin berziarah dan merasa senang berintim ria dengan para waliyullah.
“Kalau kita rajin bertawassul maka tak akan ada kegelisahan dilingkungan kita. Demikian juga sebaliknya jika bhujuknya ditinggal, maka gelisah selalu datang di lingkungan,” tuturnya makin dalam.
Kenapa? Karena para waliyullah yang bisa membawa kita keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW.
Beliau memberi tip kalau bershalawat menggunakan kalimat ‘Shallallahu ala Muhammad,’ dengan menekankan kalimat “Hu”nya, diucapkan sebanyak 113 kali, lalu merenung dan khusuk, maka ketenangan akan datang dan menjadi energi kehidupan.
Penceramah dari Tolonto Pasean Pamekasan ini menyebut bahwa para wali inilah yang menjaga kita dari bencana.
Beliau juga mengulas kasih sayang nabi pada umatnya. Nabi Muhammad adalah nabi yang amat sayang pada umatnya.
“Nabi tak akan ridha kalau masih ada umatnya yang masuk neraka. Betapa agungnya hati nabi Muhammad SAW. Tak ada sandaran dari musyaqqat kehidupan kecuali syafaat dari rosulillah SAW,” ujarnya.
Cinta pada Rosulillah, katanya, melalui 4 proses.
Pertama, Asshidqu, yaitu membenarkan pada semua perkataan dan tingkah laku Kanjeng Nabi Muhammad SAW, mulai dari pindahnya Nur nabi kedalam rahim ibundanya sampai akhir perjuangannya, serta percaya pada asar Nur Nabi Muhammad SAW. sepanjang kehidupan ini selalu ada.
Beliau ingatkan bahwa bermaulid sejatinya bukan hanya maulid jasmani, tapi bermaulid itu secara sirri dan rohani.
“Kalau ada orang tidak membenarkan pada diri Rosulillah SAW. maka orang itu diancam munafik,” tambahnya.
Kedua, Bermaulid karena mengagungkan Rosulillah. Betapa ruginya pekerjaan maulid kita kalau tidak sampai pada diri Rosulillah dan Allah SAW.
“Jangan putus rasa maulid dan ibadah kita untuk Allah dan Rosulillah semata. Karena kita akan kembali pada Allah melalui para wali Allah,” pintanya.
Yang ketiga, Hormat kepada Rosulillah. Kalau kita tak punya sifat hormat didalam perasaan kita pada diri Rosulillah SAW. maka diancam sebagai orang fasik. Orang fasik itu orang yang selalu melakukan maksiat.
Yang keempat, Halawah atau rasa. Kita bermaulid harus menyampaikan hati kita kepada rasa kita yang terdalam.
Kalau kita membaca istighfar, membaca shalawat, kita rasakan dentuman rasa shalawatnya dalam relung hati terdalam sampai menghancurkan badan, sampai badan kita menjadi hati.
“Semua ibadah kita jadikan badan. Kalau sudah jadi badan, maka akan menjadi hati. Karena diterima tidaknya amal kita tergantung kualitas hati kita,” sambungnya makin dalam.
Kalau hati sudah hancur, maka akan menjelma ruh. Kalau sudah jadi ruh, maka akan menjadi Nur cahaya. Karena kita semua dari Nur.
“Kalau sudah jadi Nur, maka menjadi Allah. Artinya sampai kehadirat Allah SWT, mendapat keridhaan Allah SWT. Karena tujuan kita bukan untuk meraih surga atau takut neraka, tapi semata mendapatkan keridhaan Allah SWT,” lanjutnya bicara hakikat
Beliau lanjutkan bahwa tangga menuju Allah caranya dengan berdzikir “Allah..! Allah…! Allah…!” setiap deru nafas kita. Untuk sampai pada Allah harus ada Mursyid yang menuntunnya agar tidak tersesat.
Beliau bercerita bahwa ada manusia di surga yang bercahaya luar biasa sekali, diangkat oleh Allah ke Surga tanpa proses, Tampa diketahui Malaikat.
Malaikat Ridwan pun terkejut, “Siapa engkau?, Malaikat atau Manusia?, Apa yang engkau kerjakan di dunia?
Orang itu menjawab, aku manusia biasa, aku sampai di surga tampa proses tak lain karena hatiku selalu tersambung dengan Allah SWT.
Hal ini wajar karena dzikir Allah bilqalbi tak diketahui malaikat.
Beliau bercerita bahwa ada seorang wanita mulia meninggal dunia. Saat dipindah dari keranda ke liang lahat tiba-tiba jasadnya menghilang. Semua orang terperanjat. Usut demi usut ternyata orang itu seorang makrifatullah yang selalu berdzikir Allah dalam hidupnya.
Tujuan ibadah semuanya tak ada kepentingan lain kecuali demi Allah. Inilah dzikir fillisan, filqalbi, firruh. Kita disebut Islam kalau sudah bersyahadat, lalu kita masuk alam syariat, kita kerjakan syariatnya Allah yaitu shalat, zakat, puasa dan haji.
Beliau ajarkan Syahadat Syariat dengan bacaan “Lailahaillallah wa’asyhadu anna Muhammadan rasulullah”. Dari syahadat syariat itu lalu naik lagi syahadat lisan, syahadat kalbu, syahadat ruh, syahadat sirr. Bersyahadah itu semua agar hudur, wusul kepada Allah SWT. Maka semua akan gemerlapan diliputi Allah SWT.
“Kita ada hanya untuk beribadah. Orang dulu kalau malam sujudnya sampai subuh tak berhenti. Bagaimana dengan kita sekarang?”, Tanya beliau penuh tuntunan.
Terakhir beliau singgung persaudaraan. Bahwa bersaudara bukan hanya karena nasab biologis, tapi yang paling penting bersaudara dalam satu rasa, sehingga kehidupan aman dan tenang.
“Sambungkan persaudaraan itu dengan rasa. Dengan mengaji rasa, semua perbuatan dirasakan dalam hati dalam ruh dalam sirr maka ketenangan akan hadir, hidup akan berkah” Pungkasnya. (Zbr/@wi).