KIMKARYAMAKMUR.COM, Pragaan – Pembina KIM Karya Makmur Zubairi El-Karim menjelaskan tentang hari Rabu Wekasan yang dianggap banyak orang sebagai hari sial tahunan.
Beliau jelaskan bahwa tradisi Rabu Wekasan di bulan Safar sudah berlangsung ratusan tahun secara turun-temurun di kalangan warga masyarakat nusantara, Jawa, Sunda, Madura, dan daerah lain.
Kata ‘Safar’ artinya kosong, karena tradisi orang Arab dahulu, biasa mengosongkan rumah bepergian pada bulan ini. Disebut Rabu Wekasan karena pungkasan bulan Safar. Atau hari Rabu terakhir di bulan Safar yang terdapat pada kalender lunar versi Jawa.
Tahun ini, Rabu Wekasan jatuh pada hari Rabu, tanggal 6 Oktober 2021. Dalam kalender Islam bertepatan dengan 28 Syafar 1443 Hijriah.
Untuk mencari keberkahan dan menolak bala’ pada hari itu, umumnya dilakukan masyarakat dengan ritual shalat, berdoa dengan doa-doa khusus, selamatan, sedekah, silaturahim, dan berbuat baik kepada sesama.
Alumni PP. Annuqayah ini menjelaskan, mengutip sebagian ahli ma’rifat dan ahli mukasyafah bahwa setiap tahun di hari Rabu terakhir di bulan Safar, Allah akan menurukan 320.000 bala’ bencana ke muka bumi. Karenanya ulama tak putus asa ingin mengubah kesan sial menjadi keberkahan.
“Para ulama dahulu menyandingkan kata ‘Safar’ dengan kata ‘al-khair’ dengan menyebut shafar al-khair (Safar yang baik) sebagai bentuk tafa’ul (berharap kebaikan dan optimis), untuk menepis sial pada bulan Safar”, ujarnya hari Rabu (06/10/2021) kepada KIM Karya Makmur.
Menurutnya, justru karena Rabu Wekasan waktu turunnya Bala’, maka cara mendekatinya bukan dengan perdebatan, penelitian perbintangan, melakukan maksiat, atau hura-hura, tapi justru dengan bermohon pada Allah SWT.
Banyak sejarah keberkahan pada hari Rabu, jelasnya. Nabi Yunus dan nabi Yusuf dilahirkan pada hari Rabu. Allah menolong Nabi Muhammad pada perang Ahzab juga pada hari Rabu.
Beliau menjelaskan agar mengisi Rabu Wekasan dengan salat sunnat mutlaqah atau shalat sunnat hajat.
“Jangan niat shalat khusus Rabu Wekasan, karena itu tidak disyariatkan. Yang ada syariatnya shalat sunnah mutlaq atau shalat hajat”, ujarnya.
Shalat hajat, katanya, shalat karena sebuah hajat tertentu, termasuk hajat untuk menolak bala’, atau lidaf’il makhuf (menolak sesuatu yang dikhawatirkan).
Beliau sampaikan bahwa almarhum KH. Maimoen Zubair dalam video yang banyak beredar menjelaskan tata cara amalan Shalat Hajat agar selamat dari balhi (bala’).
Caranya niat shalat hajat lidaf’il bala’:
نَوَيْتُ صَلاَةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ
Shalat terdiri dari 4 rakaat, dengan dua salam, ada tahiyat awalnya sama seperti shalat Isya. Keterangan lain langsung satu salam.
Setelah membaca surat Al Fatihah, membaca
Surat Al-Kautsar sebanyak 17 kali, surat Al-Ikhlas 5 kali,
Al-Falaq 1 kali, terakhir surat An-Nas 1 kali, kemudian rukuk, sujud dan seterusnya sampai salam seperti shalat Isya’.
Waktunya bisa dilksanakan kapan saja, baik pagi, siang, maghrib atau tengah malam bersamaan dengan Shalat Tahajud.
Doa setelah Shalat Hajat tolak bala’ dibaca sebanyak 3 kali :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اللَّهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .اللهم بِالسِّرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ وَأُمِّهِ وَبَنِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَصَلىَّ اللهُ تَعَالىَ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Artinya :
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah, yang Maha sangat kekuatannya, yang Maha Kuat Kepastian-Nya. Wahai Allah yang Maha Mulia, wahai Dzat yang karena karena kemulyaan-Mu seluruh makluk-Mu rendah, peliharalah saya dari kejelekan seluruh Makhluk-MU. Wahai Allah yang memberikan kebaikan, kelebihan, kenikmatan dan kemulyaan. Wahai Dzat yang tidak ada Tuhan kecuali Engkau, sayangilah saya dengan kasih sayang-Mu. Wahai Allah yang Maha memberi Rahmat, Ya Allah dengan rahasia (sirrinya sayyidina Hasan, cucu Nabi) dan saudaranya, dan kakeknya, ayahnya, ibunya, anak-anaknya, peliharalah saya dari kejelekan hari ini dan segala kejelekan segala yang terjadi di dalamnya. Wahai Allah yang Maha Memelihara atau mencukupi orang-orang susah, Wahai Allah yang Maha menolak bala’ (cobaan). Maka (Allah) akan memelihara atau mencukupi kamu pada mereka dan Dia Maha pendengar dan Maha mengetahui. Allah Maha mencukupi kami dan sebaik-baik penanggung. Tidak ada upaya dan kekuatan kecuali dengan Allah yang Maha tinggi lagi Maha Agung. Semoga Rahmat dan selamat Allah terlimpah atas Nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabatnya.
“Bagi yang percaya silahkan diamalkan, bagi yang berbeda pandang, biarkan perbedaan menjadi rahmat saja. Tak usah ambil pusing.” Pungkasnya menjelaskan. (Zbr/Hb).