KIMKARYAMAKMUR.COM, PRAGAAN -Usai penjurian Lomba Tari, Yel Yel dan Drama yang dilaksanakan Tim Penggerak PKK Pragaan, salah satu juri fenomenal dalam kegiatan tersebut Nyai Najmah Hidayati memuji peran semua kontingen PKK desa yang turut meramaikan gelaran lomba, sehingga lomba ramai penuh tepuk tangan peserta dan penonton sejak awal perlombaan.
“Secara umum penampilan utusan PKK Desa bagus, yang saya lihat kekurangannya hanya di ekspresi saja,” ujarnya memberikan apresiasi dan koreksi kepada semua peserta yang dengan hati berdebar menunggu pengumuman sang juara, Rabu (01/12/2023) di pendopo kecamatan Pragaan.
Nyai Najmah Hidayati yang juga Ketua PAC (Pimpinan Anak Cabang) Muslimat Nahdlatul Ulama Pragaan ini meminta agar peserta tidak nervous atau grogi dalam menari maupun memainkan drama.
“Kalau nervous maka ekspresi kita juga akan menjadi mati. Ekspresi itu semua yang tampak di raut wajah kita dan body language kita. Tampilan peserta sesungguhnya sudah baik hanya bahasa tubuhnya kurang dapat,” tambahnya lagi.
Disebutnya bahwa tubuh kita bisa bicara. Dalam ekspresi tari kalau kita tampil all out dan tidak grogi maka tampilan tari kita akan jadi gemulai dan harmoni.
“Saya melihat ada beberapa gerakan tangan dan kaki yang terlihat belum kompak dan harmoni,” tuturnya lagi memberi koreksi.
Selanjutnya dia memberi contoh peran antagonis dalam drama yang bisa dicontoh oleh peserta lomba di kemudian hari. Peran itu dia mainkan dengan mbak Juwairiyah salah satu pengurus Pokja 1 PKK Pragaan dan juga pengurus Fatayat NU Pragaan Tema yang dia dimainkan dadakan itu berjudul Pelakor. Dalam perannya Nyai Najmah damprat dengan nada tinggi mbak Juwairiyah dengan ekspresi full dan memukau penonton.
“Proyek apa yang kau bicarakan dengan suamiku tengah malam, Dah. Proyek lem lebar (proyek dalam celana dalam) Dah, jawab Dah, jawab Dah,” ungkapnya dengan nada tinggi dalam peran emosi penuh ekpresif sambil menunjuk muka mbak Juwairiyah. Mbak Juwairiyah mencoba tenang, meski ia tak dapat sembunyikan ekpresi gemetar dengan suara tertahan.
“Mbak, saya punya suami lebih ganteng ketimbang suamimu mbak. Tak mungkin saya berselingkuh dengannya,” belanya dalam peran protagonis.
“Kamu kalau tidak puas dengan suamimu jangan ambil laki orang, Dah. Suamiku sekalipun berkulit hitam begitu tetap saya cinta, Dah. Saya akan beritahu kelakuanmu kepada Kepala Desa,” kata Nyai Najmah dengan nada makin emosi.
“Oke, mari mbak kumpulkan suamiku, suamimu, aku dan jenengan, kita tabayun,” pinta Juwairiyah minta tabayun.
“Tabayun!, aku gak ngerti tabayun, Dah, yang penting engkau tak ganggu lagi suamiku,” pinta nyai Najmah agar tak lagi mengganggu suaminya.
“Minta maaf nyai, apa tiada maaf bagiku?,” bujuk Juwairiyah diakhiri adegan yang dimainkan sembari mencoba menggamit tangan Nyai Najmah.
“Tak ada, Dah, tak ada maaf bagimu.” Kata Nyai Najmah mengakhiri cerita dan disambut tepuk tangan meriah oleh peserta dan penonton yang hadir. (Zbr)