KIMKARYAMAKMUR.COM, PRAGAAN – Bahasa Madura mewarnai perjalanan Rapat Konsolidasi Bulanan Tim Penggerak PKK Desa Se Kecamatan Pragaan yang dilaksanakan hari ini Rabu (01/11/2023) di pendopo kecamatan Pragaan.
Petugas acara dari mulai MC, pembacaan notulensi rakon, sambutan tuan rumah pelaksana acara, sambutan Ibu Camat Pragaan, MC Lomba, dan seluruh percakapan diwarnai dengan bahasa madura halus yang menjadi kekhasan warga madura dalam bertutur sapa.
Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Pragaan diwakili oleh Pengurus Pokja 1 TP PKK Pragaan Ach. Subairi Karim dalam sambutannya mengatakan bahwa Peringatan Hari Jadi Kabupaten Sumenep adalah momentum pemeliharaan tradisi budaya madura. Kita punya budaya bahasa madura yang halus yang menjadi bagian komunikasi orang orang tua kita yang mencerminkan kesopanan dalam bertingkah laku kita hari ini mulai terasa asing bagi kita.
“Kita yang orang madura terasa asing kalau harus ngomong bahasa madura, apalagi orang lain, apalagi anak anak kita. Maka mari mulai dari diri kita bercakap bahasa madura yang baik,” kata Zubairi meminta agar para peserta kembali mentradisikan bahasa madura yang baik dalam kehidupan sehari hari.
Memperingati Hari Jadi Kabupaten Sumenep katanya membawa pesan bahwa kita juga harus menunjukkan kepatuhan kita pada orang tua, bapak ibu, guru dan pemerintah.
“Bhapak, Bhabuk, Guru Ratoh” adalah jargon orang madura yang dikenal sejak dulu, selalu patuh dan tunduk kepada orang tua, guru dan pemerintah. Maka memperingati Hari Jadi ini artinya kita makin menguatkan ketundukan tersebut jauh dari lubuk hati kita,” ungkapnya lagi.
Pemeliharaan tradisi budaya masyarakat di sebuah daerah seperti di madura disebutnya bukan hanya ajaran orang tua kita tapi memang ajaran agama.
Dia melanjutkan bahwa Alquran menjelaskan pemeliharaan terhadap tradisi budaya dan kebiasaan sebagaimana terdapat dalam surat Al A’raf ayat 199 yang artinya “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”,
Kata “Al Urf” dalam Al Qur’an memiliki pemaknaan tradisi budaya setempat yang tidak menyalahi syariat Islam harus kita jadikan sebagai bagian infrastruktur agama.
“Islam tidak pernah anti budaya, bahkan budaya yang baik harus kita lestarikan menjadi infrastruktur agama agar agama dan budaya menyatu terpelihara dan menjadi kekuatan kita.” Ujarnya menjelaskan dalam bahasa Madura. (Zbr).