KIMKARYAMAKMUR.COM, Sendang – Bidan cantik yang sedang kita kuliti profilnya ini namanya Eni Halimah. Biasa dipanggil mbak Eni. Seorang bidan berkulit putih, berparas cantik dengan sorot mata yang tajam, bertutur sapa sopan dan senyum sapanya konon disebut-sebut bisa menjadi obat bagi warga desa Sendang kalau lagi sakit.
Dilahirkan di Sumenep, tanggal 15 Oktober 1987. Sehari-hari, wanita ini menghabiskan waktunya sebagai bidan di Polindes desa Sendang kecamatan Pragaan. Bekerja sepenuh waktu 24 jam.
Kalau dibedah dari awal, pendidikan dasarnya dimulai dari SDN (Sekolah Dasar Negeri) Kaduara Barat 1. Kemudian ia melanjutkan ke jenjang SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) di SMPN Larangan 2 Pamekasan. Tak berhenti disitu saja, karir pendidikan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) dihabiskannya di SMA 2 Pamekasan. Kemudian ia menempuh program D3 (Diploma 3) di Politeknik Kesehatan Mojopahit Mojokerto. Kini dirinya berjuang keras untuk dapat melanjutkan ke jenjang Sarjana Strata 1 di Universitas Wiraraja Sumenep.
Setelah lulus dari Poltekes tahun 2009, ia mencoba bekerja sebagai tenaga sukarelawan di Puskesmas Pragaan tahun 2010.
“Alhamdulillah, tahun 2011 saya diterima sebagai PTT (Pegawai Tidak Tetap) Bidan di desa Larangan Pereng. Nah, sekitar bulan Juni 2011 saya dipindah tugaskan sebagai bidan Sendang sampai sekarang,” jelasnya sembari tersenyum penuh arti.
Saat ini wanita berbola mata tajam ini telah berstatus sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) terhitung sejak tahun 2017 sampai sekarang.
Bidan, adalah impiannya sejak kecil, karena bidan menurutnya seseorang yang telah mengikuti dan lulus program pendidikan bidan yang diakui negara, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan. Profesi bidan bisa menolong banyak orang di desa.
“Dulu zaman SD, kalau ada temen luka, saya udah tertarik ngasih obat Betadine untuk membunuh kuman penyebab infeksi pada kulit, lalu ngasih Handyplast dan pertolongan pertama lainnya,” ceritanya mengenang masa kecil.
Mbak Eni, bukan hanya dikenal cantik mempesona, tapi juga dikenal bertutur kata yang ramah serta selalu mengedepankan tugas kebidanan ketimbang tugas pribadi.
“Bidan Eni rajinnya kebangetan, siang malam di Polindes. Selalu mengutamakan kepentingan warga terutama saat ada persalinan,” ujar Ismail Sekdes Sendang waktu ditanya aktifitas bidan desa.
Menurutnya warga desa Sendang merasa puas dengan kerja bidan Eni yang luar biasa. Nama Bidan Eni yang rajin kini tak lekang dari perbincangan sehari-hari warga Sendang
Sebagai tenaga kesehatan di desa, bidan yang punya hobi shopping ini merasa berat sebagai bidan yang sebenarnya, meski harus dijalani dengan riang gembira dan penuh suka cita.
“Tugas saya membantu wanita desa sejak masa kehamilan hingga melahirkan, membantu ibu hamil merencanakan kelahiran, memberikan pendampingan pada warga untuk menguatkan emosional mereka, serta mendukung proses persalinannya,” jelasnya dengan ledakan senyum yang mengobrak abrik orang yang melihatnya.
Selain itu, katanya, profesi bidan punya banyak tantangan yang mengasyikkan. Kadang terasa berat saat dijalani, tapi asyik saat dikenang.
“Meski berat tapi asyik, bukan sekadar membantu persalinan, saya berusaha menjadi mitra bagi perempuan desa, terutama untuk lebih berdaya atas dirinya,” senyum manisnya terus tersungging, sembari dirinya sibuk membantu menyiapkan peralatan swab antigen bagi perangkat desa Sendang, Kamis (10/02/2022).
Sekian lama praktek di desa, berbagai cara pun dilakukan bidan Eni guna menjawab berbagai tantangan budaya masyarakat setempat, tantangan ekonomi, dan kesehatan.
“Kita tak boleh hanya diam di Polindes, kondisi real kadang mengharuskan kita datangi rumah warga, mengerti kondisinya, terutama budaya hidup sehat warga yang semula sulit diatur. Edukasi sadar sehat itu tantangan yang mengasyikkan lho,” jelasnya.
Ditanya KIM Karya Makmur tentang keluh kesah hidup dengan warga Sendang, wanita yang selalu energik ini punya kesan tersendiri untuk warga Sendang.
“Warga Sendang ramah, familiar, relatif patuh pada program negara, wilayah dan populasi warganya kecil, sehingga sasaran target cepat tercapai. Seperti capaian vaksinasi di awal-awal kita sudah selesai duluan,” tambahnya sambil membenarkan posisi jilbabnya.
Selama kegiatan vaksinasi, bidan cantik Eni ini juga selalu tampak dalam kegiatan vaksinasi. Rajin sekali. Meski diawal sempat ciut dan takut, karena harus bersentuhan dengan varian Delta yang mematikan, tapi bismillah tugas itu dijalaninya dengan penuh dedikasi.
“Sejak awal saya masuk tim vaksinasi. Ya, selalu ikut kemana-mana. Diawal sempat takut juga sih, karena harus di garda depan, tapi tugas penyelamatan warga diatas segalanya. Tugas mengalahkan rasa takut,” ucapnya santai.
Ditanya berkaitan dengan varian Omicron mulai mewabah ini, sembari berdehem ia katakan bahwa gejalanya tak jauh beda dengan varian sebelumnya.
“Sebenarnya gejalanya hampir sama, perbedaanya hanya pada varian Omicron tidak menimbulkan gejala anosmia. Dan penularannya lebih cepat, akan tetapi bagi yang sudah divaksin gejalanya tidak terlalu parah,” ujarnya.
Namun dirinya minta warga tidak panik, dibandingkan varian lain, Omicron kemungkinan 70 persen lebih kecil untuk menyebabkan gejala parah. Meski demikian, dia mengharap warga tetap waspada dan melawannya dengan hati gembira.
“Meski pandemi belum berakhir, hati jangan sedih dong, harus selalu bahagia agar imun naik, patuhi prokes, makan makanan bergizi, jangan stres, selalu senyum juga lho,” pintanya sembari tersenyum lebar hingga tampak gigi putihnya.
Terakhir, dirinya juga berdoa agar musibah varian baru Omicron ini segera berakhir. Swab antigen dengan datang ke berbagai desa, katanya sebagai upaya gerakan 3T (Testing, Tracing dan Treatment) yang sedang digalakkan oleh Puskesmas Pragaan untuk segera memutus mata rantai Covid-19.
“Warga jangan panik, ikuti gerakan testing swab antigen sebagai deteksi awal penelusuran penyebaran penyakit Coronavirus dengan varian baru Omicron.” Pungkasnya sambil membetulkan kaca matanya. (Zbr/Hb).